Minggu, 22 Oktober 2017

PEMBAHASAN
A.    Indeks prestasi
 Indeks prestasi atau biasanya disingkat dengan IP adalah salah satu alat ukur prestasi di bidang akademik atau pendidikan. Meskipun bernama "indeks", IP sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian sebenarnya, melainkan semacam rerata terboboti. Penggunaan IP di Indonesia memiliki perbedaan untuk tingkat dasar-menengah dan tingkat pendidikan tinggi. Sistem ini menggantikan sistem rata-rata yang dipakai sampai Kurikulum 1875. Semenjak Kurikulum 1984 berlaku, IP dipakai untuk mengevaluasi pencapaian siswa atau mahasiswa. Di sekolah menengah atas IP dihitung sebagai rerata norma nilai yang diperoleh seorang siswa pada mata pelajaran tersebut setelah diberi bobot dengan "Angka Kredit". Norma nilai berkisar antara 100 (terbaik) sampai 67 (rata-rata) dan 0 (gagal).
 Bobot ini ditentukan berdasarkan pentingnya mata kuliah tersebut dalam membentuk kompetensi lulusan. IP dihitung untuk setiap semester.

B.    Pengaruh Sistem Pembagian Kelas Menurut Indeks Prestasi Atau Rangking Siswa

 Berdasarkan sumber dan pengalaman yang saya alami sendiri pengaruh yang saya lihat adalah bahwa pembagiaqn kelas menurut nilai tersebut bisa memacu siswa dan menimbulkan motivasi untuk berkompetisi dengan yang lain apalagi dibawah tekanan yang diberikan. Sehingga berpengaruh positif dalam kegiatan belajar siswa.

Sedangkan sebagian besar siswa lainnya berpendapat bahwa pengaruh dari system ini tidak terlalu berefek dan tidak mempengaruhi cara belajar siswa di kelas, sebaliknya siswa yang rajin mungkin akan tetap rajin tetapi bagaimana dengan siswa yang malas pasti akan lebih malas-malasan. Dampak lain dengan sistemn ini adalah siswa akan bersaing secara tidak sehat seperti menyontek. Banyak siswa yang menjalani system ini mengeluarkan   pendapat  bahwa   pembagian   kelas  seperti  yang sekarang berlaku  membuatnya berusaha untuk tidak   tergeser ke   kelompok   yang   lebih    rendah   meskipun   dengan  cara menyontek saat ulangan. Pengaruh lain dalam bidang mental siswa adalah bila dilihat dari anak-anak yang punya kemampuuan diatas mungkin akan merasa bangga dan mungkin merasa mempunyai masa depan yang lebih terjamin dari siswa yang mempunyai kemapuan dibawahnya. sedangkan siswa yang mepunyai kemampuan rata-rata atau dibawah rata-rata mungkin akan merasa rendah diri dan berpikir bahwa untuk apa berusaha kalau memang kemampuan hanya rata-rata saja dan siswa mungkin akan berpikir merasa tidak perlu bermimpi tinggi karena mereka tidak pernah masuk ke kelas siswa-siswa pintar.

. Apalagi sekarang banyak sekarang siswa sma kelas tiga yang sudah mau masuk ke perguruan tinggi dan banyak yang bercita-cita untuk masuk ke perguruan tinggi yang sudah di mimpi-mimpikan mereka dan karena pengaruh system pembagian kelas ini banyak murid-murid yang akan merasa tertekan dan minder untuk mencoba ke universitas yang terpandang di Indonesia banyak dari mereka berpikir bahwa diri mereka sudah tidak mampu dari awal padahal bila saja mereka berusaha itu kemungkinan terbesar akan terwujud. Reaksi para siswa bermacam – macam. Ada yang mengganggap itu sebagai semacam hinaan, ada yang merasa kasihan terhadap teman – teman yang tidak seberuntung ia bisa masuk di kelas atas, ada yang bersikap netral, cuek, dan ada pula yang senang. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar