PEMBAHASAN
A.
Indeks prestasi
Indeks prestasi atau biasanya disingkat dengan
IP adalah salah satu alat ukur prestasi di bidang akademik atau pendidikan. Meskipun
bernama "indeks", IP sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian
sebenarnya, melainkan semacam rerata terboboti. Penggunaan IP di Indonesia
memiliki perbedaan untuk tingkat dasar-menengah dan tingkat pendidikan tinggi.
Sistem ini menggantikan sistem rata-rata yang dipakai sampai Kurikulum 1875.
Semenjak Kurikulum 1984 berlaku, IP dipakai untuk mengevaluasi pencapaian siswa
atau mahasiswa. Di sekolah menengah atas IP dihitung sebagai rerata norma nilai
yang diperoleh seorang siswa pada mata pelajaran tersebut setelah diberi bobot
dengan "Angka Kredit". Norma nilai berkisar antara 100 (terbaik) sampai
67 (rata-rata) dan 0 (gagal).
Bobot ini ditentukan berdasarkan pentingnya mata
kuliah tersebut dalam membentuk kompetensi lulusan. IP dihitung untuk setiap
semester.
B.
Pengaruh Sistem Pembagian Kelas
Menurut Indeks Prestasi Atau Rangking Siswa
Berdasarkan sumber dan pengalaman yang saya
alami sendiri pengaruh yang saya lihat adalah bahwa pembagiaqn kelas menurut
nilai tersebut bisa memacu siswa dan menimbulkan motivasi untuk berkompetisi
dengan yang lain apalagi dibawah tekanan yang diberikan. Sehingga berpengaruh
positif dalam kegiatan belajar siswa.
Sedangkan
sebagian besar siswa lainnya berpendapat bahwa pengaruh dari system ini tidak
terlalu berefek dan tidak mempengaruhi cara belajar siswa di kelas, sebaliknya
siswa yang rajin mungkin akan tetap rajin tetapi bagaimana dengan siswa yang
malas pasti akan lebih malas-malasan. Dampak lain dengan sistemn ini adalah
siswa akan bersaing secara tidak sehat seperti menyontek. Banyak siswa yang menjalani system ini
mengeluarkan pendapat bahwa
pembagian kelas seperti
yang sekarang berlaku membuatnya
berusaha untuk tidak tergeser ke kelompok
yang lebih rendah
meskipun dengan cara menyontek saat ulangan. Pengaruh lain
dalam bidang mental siswa adalah bila dilihat dari anak-anak yang punya
kemampuuan diatas mungkin akan merasa bangga dan mungkin merasa mempunyai masa
depan yang lebih terjamin dari siswa yang mempunyai kemapuan dibawahnya. sedangkan
siswa yang mepunyai kemampuan rata-rata atau dibawah rata-rata mungkin akan
merasa rendah diri dan berpikir bahwa untuk apa berusaha kalau memang kemampuan
hanya rata-rata saja dan siswa mungkin akan berpikir merasa tidak perlu
bermimpi tinggi karena mereka tidak pernah masuk ke kelas siswa-siswa pintar.
.
Apalagi sekarang banyak sekarang siswa sma kelas tiga yang sudah mau masuk ke
perguruan tinggi dan banyak yang bercita-cita untuk masuk ke perguruan tinggi
yang sudah di mimpi-mimpikan mereka dan karena pengaruh system pembagian kelas
ini banyak murid-murid yang akan merasa tertekan dan minder untuk mencoba ke
universitas yang terpandang di Indonesia banyak dari mereka berpikir bahwa diri
mereka sudah tidak mampu dari awal padahal bila saja mereka berusaha itu kemungkinan
terbesar akan terwujud. Reaksi para siswa bermacam – macam. Ada
yang mengganggap itu sebagai semacam hinaan, ada yang merasa kasihan terhadap
teman – teman yang tidak seberuntung ia bisa masuk di kelas atas, ada yang
bersikap netral, cuek, dan ada pula yang senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar