Minggu, 05 November 2017

makalah pkw

KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH
“ PENGARUH PEMBAGIAN KELAS MENURUT INDEKS PRESTASI TERHADAP KEMAJUAN DAN KESETARAAN SISWA”

Nama
:
Deandra Aurelia Ariawan
NIS
:
1756
Kelas
:
XII B


SMA LOKON St. NIKOLAUS TOMOHON 2017/2018
Halaman Pengesahan
Judul : “ PENGARUH PEMBAGIAN KELAS MENURUT INDEKS PRESTASI TERHADAP KEMAJUAN DAN KESETARAAN SISWA”





       Guru Pembimbing                                           Guru Mata Pelajaran
            Akademi



        Alfarani Sampul                                                       Nouvry Mukuan    



PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya  yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan dari  berbagai  aspek kepribadian anak. Pendidikan bukan saja  merupakan pembinaan aspek intelektual anak, tetapi menyangkut seluruh aspek kepribadian. Sejalan dengan pendapat di  atas  Sikun pribadi  (1987 : 1)  mengemukakan bahwa :“ Pendidikan  merupakan  usaha pemberian bantuan terhadap individu  untuk mencapai realisasi diri secara optimal”.  Yaitu suatu kondisi yang seimbang antara pribadi dan dunianya, yang mengacu pada manusia seutuhnya dalam totalitas dan integritas berbagai aspek kepribadiannya. Dengan demikian pendidikan menyangkut berbagai aspek keprbadian baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Melalui pendidikan diharapkan anak dapat berkembang menjadi dewasa serta mampu menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.b Belajar merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan anak, sejak anak itu lahir , bahkan selama hidupnya anak tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Pengertian belajar seperti  dikemukakan oleh W.S Winkel,  (1986 : 15) bahwa : “ Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya dan  menghasilkan perubahan – perubahan baik pada pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai sikap yang bersifat menetap “. Perubahan – perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam prilaku  nyata, atau yang masih tersembunyi, mungkin pula perubahan itu hanya berupa penyempurnaan terhadap hal – hal yang sudah pernah dipelajari. Dari definisi di atas ada kecenderungan pendapat, bahwa belajar dipandang sebagai suatu proses yang bersifat eksternal, dalam arti bahwa siswa belajar ditentukan oleh kekuatan – kekuatan dari luar seperti guru, bahan pelajaran bahkan kondisi kelas dimana anak berada. Seperti dikemukakan oleh M. Gagne ( 1975 : 49 ) bahwa “ Belajar terjadi jika individu menerima rangsangan dari lingkungan, dan mengadakan respon terhadap rangsangan tersebut”. Lingkungan kelas, seperti telah dikemukakan di atas termasuk faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan  belajar siswa.  Kenyataannya prestasi siswa cukup bervariasi. Dalam pada itu  visi sekolah yang memuat kehandalan berkompetisi, tiada henti melakukan inovasi yang bermuara pada kepuasan, salah satu dari misinya yaitu meningkatkan mutu input output secara gradual, dengan salah satu strateginya yakni menciptakan dan mengelola kelas dalam rangka menciptakan konsep unggulan. Dengan konsep Bina Otak, Bina Watak,  Bina Awak, dan Bina Ahlak. Berdasarkan karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut.
B.    Indeks prestasi
 Indeks prestasi atau biasanya disingkat dengan IP adalah salah satu alat ukur prestasi di bidang akademik atau pendidikan. Meskipun bernama "indeks", IP sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian sebenarnya, melainkan semacam rerata terboboti. Penggunaan IP di Indonesia memiliki perbedaan untuk tingkat dasar-menengah dan tingkat pendidikan tinggi. Sistem ini menggantikan sistem rata-rata yang dipakai sampai Kurikulum 1875. Semenjak Kurikulum 1984 berlaku, IP dipakai untuk mengevaluasi pencapaian siswa atau mahasiswa. Di sekolah menengah atas IP dihitung sebagai rerata norma nilai yang diperoleh seorang siswa pada mata pelajaran tersebut setelah diberi bobot dengan "Angka Kredit". Norma nilai berkisar antara 100 (terbaik) sampai 67 (rata-rata) dan 0 (gagal).
 Bobot ini ditentukan berdasarkan pentingnya mata kuliah tersebut dalam membentuk kompetensi lulusan. IP dihitung untuk setiap semester.

C.    Pengaruh Sistem Pembagian Kelas Menurut Indeks Prestasi Atau Rangking Siswa
 Berdasarkan sumber dan pengalaman yang saya alami sendiri pengaruh yang saya lihat adalah bahwa pembagiaqn kelas menurut nilai tersebut bisa memacu siswa dan menimbulkan motivasi untuk berkompetisi dengan yang lain apalagi dibawah tekanan yang diberikan. Sehingga berpengaruh positif dalam kegiatan belajar siswa.

Sedangkan sebagian besar siswa lainnya berpendapat bahwa pengaruh dari system ini tidak terlalu berefek dan tidak mempengaruhi cara belajar siswa di kelas, sebaliknya siswa yang rajin mungkin akan tetap rajin tetapi bagaimana dengan siswa yang malas pasti akan lebih malas-malasan. Dampak lain dengan sistemn ini adalah siswa akan bersaing secara tidak sehat seperti menyontek. Banyak siswa yang menjalani system ini mengeluarkan   pendapat  bahwa   pembagian   kelas  seperti  yang sekarang berlaku  membuatnya berusaha untuk tidak   tergeser ke   kelompok   yang   lebih    rendah   meskipun   dengan  cara menyontek saat ulangan. Pengaruh lain dalam bidang mental siswa adalah bila dilihat dari anak-anak yang punya kemampuan diatas mungkin akan merasa bangga dan mungkin merasa mempunyai masa depan yang lebih terjamin dari pada siswa yang mempunyai kemapuan dibawahnya. sedangkan siswa yang mepunyai kemampuan rata-rata atau dibawah rata-rata mungkin akan merasa rendah diri dan berpikir bahwa untuk apa berusaha kalau memang kemampuan hanya rata-rata saja dan siswa mungkin akan berpikir dan merasa tidak perlu bermimpi tinggi karena mereka tidak pernah masuk ke kelas siswa-siswa pintar. Apalagi sekarang banyak sekarang siswa sma kelas tiga yang sudah mau masuk ke perguruan tinggi dan banyak yang bercita-cita untuk masuk ke perguruan tinggi yang sudah di mimpi-mimpikan mereka dan karena pengaruh system pembagian kelas ini banyak murid-murid yang akan merasa tertekan dan minder untuk mencoba ke universitas yang terpandang di Indonesia banyak dari mereka berpikir bahwa diri mereka sudah tidak mampu dari awal padahal bila saja mereka berusaha itu kemungkinan terbesar akan terwujud. Reaksi para siswa bermacam – macam. Ada yang mengganggap itu sebagai semacam hinaan, ada yang merasa kasihan terhadap teman – teman yang tidak seberuntung ia bisa masuk di kelas atas, ada yang bersikap netral, cuek, dan ada pula yang senang. Entah karena kurang belajar atau masih belum memahami, para siswa tidak mampu mengerjakan soal yang, kata gurunya, tingkat kesulitannya telah diturunkan sebanyak 50%. Menanggapi hal itu, para siswa merasa malu dan berkata akan berusaha untuk belajar lebih giat lagi. Banyak juga yang masih mengatakan bahwa soal terlalu sulit, sebagai pembelaan diri. Meski begitu, tampaknya pembagian kelas ini memberikan efek baik yang cukup besar, walaupun  banyak pro dan kontra yang mengiringinya.


D.    ANGGAPAN DASAR
          Penelitian ini bertitik tolak dari anggapan dasar sebagai berikut :
1.      Kebanyakan siswa belajar lebih baik secara bersama-sama dari pada sendiri-sendiri.  Jika setiap orang pada  suatu kelompok belajar menjadi pengajar dan pembelajar sekaligus, maka tingkat stres akan menurun dan pembelajaran meningkat pesat. ( Dave Meier, 2002 : 62 ).
2.      Kerjasama membantu proses belajar. Semua usaha belajar mempunyai landasan sosial. Kita bisa belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada kita pelajari dengan cara manapun. Persaingan diantara pembelajar memperlambat pembelajaran. (Dave Meier, 2002 : 54 ).
3.      Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram tidak mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati. { Dave Meier, 2002 : 55 ).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar