KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH
“ PENGARUH PEMBAGIAN KELAS MENURUT
INDEKS PRESTASI TERHADAP KEMAJUAN DAN KESETARAAN SISWA”
Nama
|
:
|
Deandra Aurelia Ariawan
|
NIS
|
:
|
1756
|
Kelas
|
:
|
XII B
|
SMA LOKON St. NIKOLAUS TOMOHON 2017/2018
Halaman Pengesahan
Judul : “ PENGARUH PEMBAGIAN KELAS MENURUT INDEKS PRESTASI
TERHADAP KEMAJUAN DAN KESETARAAN SISWA”
Guru Pembimbing Guru Mata Pelajaran
Akademi
Alfarani Sampul
Nouvry Mukuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan
merupakan upaya yang berkaitan dengan pembinaan
dan pengembangan dari berbagai aspek kepribadian anak.
Pendidikan bukan saja merupakan
pembinaan aspek intelektual anak, tetapi menyangkut seluruh aspek
kepribadian. Sejalan dengan pendapat di atas Sikun pribadi
(1987 : 1) mengemukakan bahwa :“ Pendidikan merupakan usaha
pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai realisasi diri secara
optimal”. Yaitu suatu kondisi yang
seimbang antara pribadi dan dunianya, yang mengacu pada manusia seutuhnya dalam
totalitas dan integritas berbagai aspek kepribadiannya. Dengan demikian
pendidikan menyangkut berbagai aspek keprbadian baik aspek kognitif, afektif
dan psikomotor.Melalui pendidikan diharapkan anak dapat berkembang menjadi
dewasa serta mampu menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri maupun dengan
lingkungannya.b Belajar merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan anak,
sejak anak itu lahir , bahkan selama hidupnya anak tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar. Pengertian belajar seperti dikemukakan oleh W.S
Winkel, (1986 : 15) bahwa : “ Belajar pada manusia merupakan suatu proses
psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya dan
menghasilkan perubahan – perubahan baik pada pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, nilai sikap yang bersifat menetap “. Perubahan – perubahan itu
dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam prilaku nyata,
atau yang masih tersembunyi, mungkin pula perubahan itu hanya berupa
penyempurnaan terhadap hal – hal yang sudah pernah dipelajari. Dari definisi di
atas ada kecenderungan pendapat, bahwa belajar dipandang sebagai suatu proses
yang bersifat eksternal, dalam arti bahwa siswa belajar ditentukan oleh
kekuatan – kekuatan dari luar seperti guru, bahan pelajaran bahkan kondisi
kelas dimana anak berada. Seperti dikemukakan oleh M. Gagne ( 1975 : 49 ) bahwa
“ Belajar terjadi jika individu menerima rangsangan dari lingkungan, dan
mengadakan respon terhadap rangsangan tersebut”.
Lingkungan kelas, seperti telah dikemukakan di atas termasuk faktor yang turut
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Kenyataannya prestasi
siswa cukup bervariasi. Dalam pada itu visi sekolah yang memuat
kehandalan berkompetisi, tiada henti melakukan inovasi yang bermuara pada
kepuasan, salah satu dari misinya yaitu meningkatkan mutu input output secara
gradual, dengan salah satu strateginya yakni menciptakan dan mengelola kelas
dalam rangka menciptakan konsep unggulan. Dengan konsep Bina Otak, Bina Watak, Bina Awak, dan Bina Ahlak. Berdasarkan
karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas
atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti
yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok
dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa
harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut.
B. Indeks
prestasi
Indeks prestasi
atau biasanya disingkat dengan IP adalah salah satu alat ukur prestasi di
bidang akademik atau pendidikan. Meskipun bernama "indeks", IP
sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian sebenarnya, melainkan semacam
rerata terboboti. Penggunaan IP di Indonesia memiliki perbedaan untuk tingkat
dasar-menengah dan tingkat pendidikan tinggi. Sistem ini menggantikan sistem
rata-rata yang dipakai sampai Kurikulum 1875. Semenjak Kurikulum 1984 berlaku,
IP dipakai untuk mengevaluasi pencapaian siswa atau mahasiswa. Di sekolah
menengah atas IP dihitung sebagai rerata norma nilai yang diperoleh seorang
siswa pada mata pelajaran tersebut setelah diberi bobot dengan "Angka
Kredit". Norma nilai berkisar antara 100 (terbaik) sampai 67 (rata-rata)
dan 0 (gagal).
Bobot ini
ditentukan berdasarkan pentingnya mata kuliah tersebut dalam membentuk kompetensi
lulusan. IP dihitung untuk setiap semester.
C. Pengaruh
Sistem Pembagian Kelas Menurut Indeks Prestasi Atau Rangking Siswa
Berdasarkan sumber
dan pengalaman yang saya alami sendiri pengaruh yang saya lihat adalah bahwa
pembagiaqn kelas menurut nilai tersebut bisa memacu siswa dan menimbulkan
motivasi untuk berkompetisi dengan yang lain apalagi dibawah tekanan yang
diberikan. Sehingga berpengaruh positif dalam kegiatan belajar siswa.
Sedangkan sebagian besar
siswa lainnya berpendapat bahwa pengaruh dari system ini tidak terlalu berefek
dan tidak mempengaruhi cara belajar siswa di kelas, sebaliknya siswa yang rajin
mungkin akan tetap rajin tetapi bagaimana dengan siswa yang malas pasti akan
lebih malas-malasan. Dampak lain dengan sistemn ini adalah siswa akan bersaing
secara tidak sehat seperti menyontek. Banyak siswa yang menjalani system
ini mengeluarkan pendapat bahwa
pembagian kelas seperti yang sekarang berlaku
membuatnya berusaha untuk tidak tergeser ke
kelompok yang lebih
rendah meskipun dengan cara menyontek saat
ulangan. Pengaruh lain dalam bidang mental siswa adalah bila dilihat dari
anak-anak yang punya kemampuan diatas mungkin akan merasa bangga dan mungkin
merasa mempunyai masa depan yang lebih terjamin dari pada siswa yang mempunyai
kemapuan dibawahnya. sedangkan siswa yang mepunyai kemampuan rata-rata atau
dibawah rata-rata mungkin akan merasa rendah diri dan berpikir bahwa untuk apa
berusaha kalau memang kemampuan hanya rata-rata saja dan siswa mungkin akan
berpikir dan merasa tidak perlu bermimpi tinggi karena mereka tidak pernah
masuk ke kelas siswa-siswa pintar. Apalagi sekarang banyak sekarang siswa sma
kelas tiga yang sudah mau masuk ke perguruan tinggi dan banyak yang
bercita-cita untuk masuk ke perguruan tinggi yang sudah di mimpi-mimpikan
mereka dan karena pengaruh system pembagian kelas ini banyak murid-murid yang
akan merasa tertekan dan minder untuk mencoba ke universitas yang terpandang di
Indonesia banyak dari mereka berpikir bahwa diri mereka sudah tidak mampu dari
awal padahal bila saja mereka berusaha itu kemungkinan terbesar akan terwujud. Reaksi para siswa bermacam – macam. Ada yang mengganggap itu
sebagai semacam hinaan, ada yang merasa kasihan terhadap teman – teman yang
tidak seberuntung ia bisa masuk di kelas atas, ada yang bersikap netral, cuek,
dan ada pula yang senang. Entah karena kurang belajar atau masih belum
memahami, para siswa tidak mampu mengerjakan soal yang, kata gurunya, tingkat
kesulitannya telah diturunkan sebanyak 50%. Menanggapi hal itu, para siswa
merasa malu dan berkata akan berusaha untuk belajar lebih giat lagi. Banyak
juga yang masih mengatakan bahwa soal terlalu sulit, sebagai pembelaan diri.
Meski begitu, tampaknya pembagian kelas ini memberikan efek baik yang cukup
besar, walaupun banyak pro dan kontra yang mengiringinya.
D. ANGGAPAN
DASAR
Penelitian
ini bertitik tolak dari anggapan dasar sebagai berikut :
1. Kebanyakan siswa belajar
lebih baik secara bersama-sama dari pada sendiri-sendiri. Jika setiap
orang pada suatu kelompok belajar menjadi pengajar dan pembelajar
sekaligus, maka tingkat stres akan menurun dan pembelajaran meningkat pesat. (
Dave Meier, 2002 : 62 ).
2. Kerjasama membantu proses
belajar. Semua usaha belajar mempunyai landasan sosial. Kita bisa belajar lebih
banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada kita pelajari dengan
cara manapun. Persaingan diantara pembelajar memperlambat pembelajaran. (Dave
Meier, 2002 : 54 ).
3. Emosi positif sangat
membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar
seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan positif
mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana muram
tidak mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati. {
Dave Meier, 2002 : 55 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar